BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Jumat, 04 Maret 2011

Perayaan Tahun Baru


Sahabat sekalian pasti tidak asing lagi dengan terompet, kembang api, serta segala macam hal-hal lain yang dilakukan ketika pukul 00.00 pada tanggal 1 Januari Tahun Masehi, dalam rangka perayaan TAHUN BARU. Pada pukul 23.59 mungkin sebagian dari sahabat ada yang tengah mempersiapkan diri di alun-alun kota maupun tempat lain untuk meniup terompet dan siap meluncurkan kembang api.
Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM (sebelum masehi). Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM. Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir. Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus. (Sumber bacaan: http://id.wikipedia.org/wiki/Tahun_baru)
Tahukah sahabat bahwa Caesar itu bukanlah seorang muslim? Melainkan dia adalah orang kafir. Lalu, apakah sahabat akan mengikuti jejak Caesar yang tidak lain adalah orang kafir? 
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barang siapa yang mengada-adakan amal dalam agama kami ini padahal bukanlah bagian dari agama maka amal tersebut tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim)
 Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِى بِأَخْذِ الْقُرُونِ قَبْلَهَا ، شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ  . فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَفَارِسَ وَالرُّومِ . فَقَالَ  وَمَنِ النَّاسُ إِلاَّ أُولَئِكَ
“Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.” Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi?” Beliau menjawab, “Selain mereka, lantas siapa lagi?“ [HR. Bukhari no. 7319, dari Abu Hurairah.]
Dari Abu Sa’id Al-Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ . قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang penuh lika-liku, pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, Apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” [HR. Muslim no. 2669, dari Abu Sa’id Al-Khudri.]
Dari penggalan hadist tersebut di atas, tentunya kita mengetahui bahwa, jika kita mengikuti jejak kaum Romawi, Persia, Yahudi maupun Nasrani, seperti Peringatan Tahun Baru yang diajarkan oleh Caesar Roma maka kita akan masuk ke lubang dhob (neraka). Oleh sebab itu, mari bersama-sama tinggalkan adat-istiadat kita yang melanggar larangan agama. Coba sahabat pikirkan, mengapa kita harus terbangun malam-malam hanya untuk merayakan Tahun Baru padahal hal tersebut merupakan larangan Allah? Bukankah Allah tidak menyukai hambanya yang mebuang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak perlu.
Bacalah hadist di bawah ini :
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya.” [HR. Tirmidzi. Syaikh Al-Albani dalam Shahih wa Dha’if  Sunan Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini shahih.]
            Sayang sekali jika sahabat begadang malam-malam mengorbankan waktu istirahat hanya untuk mengirim sms “Selamat Tahun Baru”, “Happy New Year”, atau meniup terompet dan menyalakan kembang api yang sesungguhnya dapat mengganggu istirahat orang-orang di sekitar sahabat semua. Lebih baik kita gunakan waktu tersebut untuk hal-hal positif yang dapat mendatangkan pahala. Seperti, sholat malam.


الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Seorang muslim adalah seseorang yang lisan dan tangannya tidak mengganggu orang lain.” [HR. Bukhari no. 10 dan Muslim no. 41]

أَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ
“Sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat malam.” [HR. Muslim no. 1163]
            Ingatlah sahabat muslim semua, bahwa kita hanya mempunyai dua hari raya yang dapat kita rayakan. Hari raya itu adalah Idul Fithri dan ‘Idul Adha.

كَانَ لِأَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ يَوْمَانِ فِي كُلِّ سَنَةٍ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَلَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ قَالَ كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمْ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى
“Orang-orang Jahiliyah dahulu memiliki dua hari (hari Nairuz dan Mihrojan) di setiap tahun yang mereka senang-senang ketika itu. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau mengatakan, ‘Dulu kalian memiliki dua hari untuk senang-senang di dalamnya. Sekarang Allah telah menggantikan bagi kalian dua hari yang lebih baik yaitu hari Idul Fithri dan Idul Adha.’” [HR. An-Nasa-i no. 1556. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.]

0 komentar: